Definisi Umum Hadits
Pengertian hadits adalah segala bentuk perkataan, perbuatan, persetujuan serta beberapa ketetapan dari Rasulullah SAW yang dijadikan sebagai suatu dasar ketetapan dalam hukum agama Islam.
Pengertian Hadits Menurut Etimologi
Secara harfiah, hadits berarti perkataan atau percakapan. Sedangkan menurut terminologi dalam agama Islam, hadits merupakan ketetapan dan hukum dalam agama Islam yang berasal dari perkataan, perbuatan, berikut ketetapan dan juga persetujuan dari Rasulullah SAW. Hadits termasuk salah satu sumber hukum dalam Islam selain Al-quran, ijma dan juga qiyas.
Definisi Hadits Menurut Ahli
Menurut ahli hadits diantaranya adalah Al Hafidz dalam Syarh Al bukhary dan Al Hafizh dari Shakawu, hadits adalah segala ucapan, perbuatan, dan juga keadaan dari Nabi Muhammad SAW termasuk didalamnya segala macam keadaan beliau yang diriwayatkan dalam sejarah baik itu tentang kelahiran beliau, tempat tempat tertentu dan peristiwa peristiwa tertentu yang berkaitan dengan itu, baik sebelum dibangkitkan sebagai Rasulullah maupun setelahnya.
Periwayat Hadits Dalam Islam
Kiranya jika dirunut satu persatu, sangat banyak periwayat hadits Rasulullah, namun hanya beberapa ulama yang biasanya dijadikan referensi untuk mempelajari kehidupan Nabi berikut mempelajari tentang hadits tersebut, diantaranya adalah Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Turmudzi, Imam Ibnu Majah, Imam Ahmad, Imam Nasai dan Imam Abu Daud.
Berbicara tentang hadits, tentunya anda juga tidak dapat lepas dari sanad. Sanad berarti rantai perawi hadits. Sanad biasanya adalah seluruh perawi baik itu orang yang bertugas mencatat hadits dalam kitab maupun yang ditugaskan untuk mengumpulkannya. Sanad memberikan suatu gagasan tentang bentuk keaslian dari suatu riwayat.
Macam-Macam Hadits
Secara garis besar, hadits dapat terdiri dari 3 macam yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi, macam periwayatannya, dan cacatnya perawi yang bersangkutan. Adapaun penjelasan dan macam macam dari hadits tersebut menurut pembagiannya adalah :
1. Banyak Sedikit Perawi
Menurut pembagiannya yang dilihat dari aspek banyak sedikitnya perawi, hadits dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah hadits mutawasir dan hadits ahad.
- Hadits mutawasir merupakan jenis hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang berasal dari beberapa sanad yang kesemuanya tidak sepakat untuk berbohong. Berita berita yang diterimanya hampir semuanya dapat ditangkap oleh panca indera dan diterima oleh sejumlah orang yang berkedudukan sama.
- Hadits ahad merupakan hadits yang diriwayatkan oleh satu atau lebih orang, namun tidak mencapai tingkatan mutawasir. Sifat hadits ini disebut sebagai zhonny. Hadits ahad ini dapat digolongkan lagi menjadi 3 jenis yang dilihat dari segi sanadnya, diantaranya adalah hadits shahih, hadits shohih, dan hadist hasan.
2. Menurut Periwayat
Menurut pembagiannya yang dilihat dari segi macam periwayatannya, hadits dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu hadits bersambung sanad dan hadits terputus sanad.
Contoh hadits tersambung sanad adalah hadits maushul dan hadits marfu. Sedangkan contoh hadits terputus sanad diantaranya adalah hadits mursal, hadits mudallas, hadits munqathi, hadits mudhol, dan hadits muallaq.
3. Cacat Tidaknya Perawi
Menurut pembagiannya yang dilihat dari cacatnya perawi, hadits dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah:
- Hadits maudhu yang berarti dilarang,
- Hadits matru yang artinya harus ditinggalkan,
- Hadits mungkar yang hanya diriwayatkan oleh satu orang saja,
- Hadits muallaq yang mempunyai suatu cacat tersembunyi, dan
- Hadits mudhthorib yang isinya sangat kacau.
Tokoh Populer Hadits
1. Shahih Bukhari
Tokoh pertama yang akan dibahas adalah Shahih Bukhari yang menyusun hadits hadits sejak tahun 194 hingga 256 hijriah. Dalam buku seorang Shahih Al Bukhari, tedapat 7275 hadits termasuk beberapa hadits yang berulang.
Untuk hadits yang tanpa adanya pengulangan, jika dihitung berjumlah 4000 hadits. Terdapat beberapa ulama yang menyatakan bahwa hanya sedikit dari buku tersebut yang tidak dimuat dalam hadits yang mereka tulis kembali. Meskipun begitu, pendapat yang paling benar adalah banyak dari hadits shahih lainnya yang dilewatkan oleh beberapa ulama yang menulis ulang hadits shahih tersebut.
2. Shahih Muslim
Tokoh kedua adalah shahih Muslim yang dikodifikasikan sejak tahun 204 sampai 262 hijriah. Dalam riwayat seorang ahmad bin Salamah, beliau berkata aku telah banyak menulis bersama dengan Shahih Muslim untuk menyusun kitab shahinya dalam kurun waktu 15 tahun. Kitab tersebut berisikan 12000 hadits. Menurut Ibnu Salah, beliau menyebutkan bahwa jumlah hadits shahih muslim hanyalah sebanyak 4000 hadits saja.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat diperoleh kesimpulan bahwa dalam menghitung jumlah hadits yang dimasukkan oleh para ulama digunakan penyebutan secara berulang ataupun penyebutan hadits secara tak berulang.
Shahih Muslim mengatakan bahwa, tidak setiap hadits yang ditulisnya adalah berdasarkan pendapatnya sendiri, ia hanya mencantumkan hadits yang telah banyak disepakati oleh para ulama hadits. Bahkan shahih muslim pernah berkata bahwa beliau sangat gembira atas semua karunia dari Allah SWT yang telah diterimanya.
Hadits Yang Bertentangan Dengan Al Quran
Hadits sebenarnya merupakan suatu jenis hukum yang dibuat tidak bertentangan dengan sumber utama dalam Al quran. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, terdapat beberapa jenis hadits yang mulai bertentangan dengan isi Al quran. Contohnya tentang waktu kejadian dan juga waktu turunnya beberapa hadits. Rasulullah pernah bersabda dalam suatu hadits mutawattir yang berbunyi barang siapa yang sengaja berdusta atasku maka hendaklah dia mengamil temoat duduknya dari neraka.
Dalam hadits yang lainnya juga dijelaskan mengenai sabda Rasulullah SAW ini, namun terdapat dugaan bahwa hal tersebut merupakan dusta dan menjadi golongan orang orang yang berdusta. Tugas yang berkaitan dengan Al quran dan Sunnah adalah untuk memahaminya, bukan untuk melakukan penolakan apalagi membantahnya.
Maka dari itu, jika terdapat pertentangan dalam hal hal yang telah disebutkan tadi, maka yang dipersalahkan adalah akal dari manusia, bukan nashnya. Allah SWT pun pernah berfirman dalam Surah Asy Syura : 10 yang intinya menyatakan bahwa, jika suatu saat terdapat perselisihan dan persoalan, maka kembalikan semua masalah tersebut pada Al quran.
Kodifikasi Hadits
Kodifikasi hadits sebagai sebuah kitab baru dilakukan setelah 200 tahun sejak wafatnya Rasulullah SAW sehingga tidak heran jika hadits tersebut sangat rentan dipalsukan karena tidak langsung berasal dari Rasulullah SAW.
Hadits palsu atau hadits dhoif sangat mudah untuk dibuat, salah satunya adalah hadits dari HR Moslem dan shahih moslem volume sekian yang berbunyi berzinahlah kalian, karena zina itu tidak termasuk dosa. Tentu saja hadits tersebut ditolak karena individu yang meriwayatkan hadits tersebut tidak pernah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, kata kata dalam hadits yang bersangkutan sudah barang tentu bertentangan dengan ajaran dalam Al quran dan syariat agama Islam, sehingga sudah tidak dapat diragukan lagi bahwa hadits tersebut merupakan hadits palsu atau hadist dhoif yang tidak berasal dari Nabi Muhammad SAW langsung.
Ketentuan tentang zina ini tentunya sudah banyak dipahami oleh umat muslim dimana mendekati zina dan melakukan perzinahan dalam Islam termasuk dalam golongan dosa besar yang aturannya bertentangan dengan bunyi hadits sebagaimana telah disebutkan diatas.
Demikian sedikit informasi tentang pengertian dan seluk beluk hadits Rasulullah SAW. Semoga informasi dalam artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.
Referensi : https://belajargiat.id/hadits/
0 komentar:
Post a Comment